Salah satu pilihan yang bisa diambil mahasiswa teknik sipil adalah bangunan air. Sebagian menyebutnya dengan sipil basah, manajemen sumber daya air, dll. Semuanya bermuara pada struktur yang ada di struktur yang dibangun dalam kondisi yang berair (di dalam air) atau di permukaan air. Struktur tersebut misalnya bendung, bendungan, embung, dam, saluran irigasi, saluran drainase, dll. Salah satu hal yang menarik pada saat mengambil spesialisasi bidang keairan ini adalah sumber daya air. Fokus utamanya pada air, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan air akan dipelajari secara lebih mendalam. Tentang perilaku air, kandungan air, volume, dlsb. Berbicara tentang air tentu tidak akan lepas dari masalah lingkungan.
Misalnya ketika membahas tentang siklus air dalam mata kuliah hidrologi, terdapat keterkaitan antara satu tahapan dengan tahapan lainnya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk: dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Dari siklus air bisa kita lihat keterkaitan antara matahari, suhu, penguapan, hutan, sungai, dan laut. Jika salah satu proses ada yang salah atau bermasalah maka bersiaplah menghadapi perubahan yang akan terjadi. Dampaknya bukan saja pada manusia tetapi juga pada mahluk hidup yang mendiami bumi. Sekarang sudah berkembang isu tentang hutan dan banjir, pemanasan global, pembalakan liar. Semua isu itu sangat erat dengan kondisi lingkungan yang terjadi.
Alangkah bijaknya ketika mempelajari satu proses dengan melibatkan proses pembelajaran lainnya. Misalnya mempelajari tentang daya tampung bendungan dengan tidak lupa mempelajari kelestarian hutan yang ada di hulu sungai. Jadi sangat dekat antara ilmu keairan dengan lingkungan. Untuk itu kepedulian terhadap lingkungan sudah harus ditanamkan sejak masa kuliah bahkan sejak dini semasa sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar